Rabu, 04 Februari 2015

Kepergianmu


Instagram
Jiwa dan ragaku terhenyak
Jantungku seakan berhenti berdetak
Kabar tentang kepergianmu begitu mendadak
Tak ada tanda-tanda yang nampak

          Padahal langit pagi masih cerah
          Burung berkicau indah
          Matahari nampak sedikit malu untuk singgah
          Dan ketika itu tanganku masih menengadah

Ya… di waktu shubuh itu
Engkau pulang meninggalkan kalbu
Untuk orang-orang tersayat rindu
Mereka adalah orang yang mencintaimu

          Guru…………
          Kami rindu suaramu yang merdu
          Kami rindu lantunan Al Qur’anmu yang begitu syahdu
          Kami rindu keteladanan darimu
          Kami rindu semua hal tentangmu……

Dari santrimu yang masih nakal : Abdullah Arief Agata Kusuma
Untukmu wahai guru, Al Maghfurlahu Al Hafidz Dr. Ahmad Syafa’at, M. Ag

Minggu, 01 Februari 2015

Nasionalisme Salam



BUDAYA SALAM

Oleh : Abdullah Arief Agata Kusuma

Berbudaya, berbangsa, dan beragama sepatutnya menjadi keharmonisan dalam sebuah Negara, saling mendukung, melengkapi, serta menjadi irama yang menciptakan nada-nada keindahan dan mempesona dalam hidup bernegara, juga memberikan rasa aman, nyaman, tentram, dan sejahtera bagi rakyat yang hidup didalamnya. Dengan berbudaya kita mempunyai keanekaragaman adat istiadat maupun tata cara hidup dan kebiasaan di daerah masing-masing. Dengan berbangsa kita bisa menyatukan keanekaragaman tersebut menjadi sebuah melodi cinta dan kasih sayang dalam bernegara. Dan dengan beragama kita dapat menaungi cara berbudaya dan berbangsa di suatu daerah tersebut. Jika ketiganya dapat kita kemas dalam satu-kesatuan, maka suatu Negara yang majemuk ini akan mempunyai identitas yang dapat dijadikan teladan oleh bangsa-bangsa lainnya.

Pada zaman ini, tidak sedikit orang yang mengesampingkan cara berbudaya dan berbangsa dengan kefanatismean terhadap sesuatu hal yang diyakininya. Sapaan, istilah-istilah percakapan dalam keseharian, hingga salam. Pada tulisan ini saya akan menyinggung tentang sebuah budaya yang begitu khas dan bertata krama bagi orang Indonesia sendiri, yaitu budaya salam. Ucapan salam telah menjadi budaya yang baik dan turun temurun di Negara Indonesia yang majemuk ini.

Indonesia adalah Negara yang rakyatnya sungguh beraneka ragam, layaknya pelangi yang penuh warna namun tetap solid dan satu tujuan, yaitu memancarkan pesona keindahan. Dari sabang sampai merauke, orang Indonesia mempunyai ucapan salam yang beraneka ragam  pula dan menjadi kebiasaan yang telah mentradisi dengan baik dari masa ke masa, misalnya orang jawa kalau mau bertamu ‘kulo nuwun’, orang sunda ‘punten’ ‘sampurasun-rampes’, orang bima ‘sabaten’, orang bali ‘om swastiastu’. Masing-masing salam tersebut mempunyai asal-usul tersendiri, entah dari legenda, dari religiusitas, keyakinan, hingga hanya warisan turun-temurun yang tak diketahui asal-usulnya. Mereka akan memakainya dalam komunikasi dengan golongannya yang paham dan mengerti dengan budaya salam di masing-masing daerahnya. Ketika beragama kita juga mempunyai bentuk salam tersendiri pula, ‘Assalamu’alaikum’ untuk orang Islam, ‘Shalom’ untuk orang Kristen, ‘Om swastiastu’ untuk orang Hindu dan telah menjadi tradisi serta kebudayaan di Bali, dan lain sebagainya. Akan tetapi dari kesemua perbedaan salam tersebut bahasa Indonesialah yang menjadi pemersatu dari keanekaragaman budaya dan tradisi.

Saya sebagai muslim yang hidup di Indonesia, ingin menyinggung tentang ucapan salam yang menjadi tradisi dan budaya dari agama kami, yaitu ‘Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh’. Dan berusaha menjadi warga negara yang baik yang mencintai tanah airnya. Sebenarnya ucapan ‘Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh’ memanglah sangat-sangat dianjurkan seperti hadits-hadits Nabi dibawah ini :

Rasulullah saw. Bersabda “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan tidak dikatakan beriman sebelum kalian saling mencintai. Salah satu bentuk kecintaan adalah menebar salam antar sesama muslim.” (HR. Muslim)

Rasulullah saw. Bersabda “Salam itu adalah sebagian dari nama-nama Allah, sengaja Allah meletakkannya di Bumi ini, oleh karena itu maka tebarkanlah salam diantara kamu sekalian. Sesungguhnya seorang lelaki itu apabila ia melewati suatu kaum, lalu ia bersalam kepada mereka dan mereka menjawab salamnya, maka ia mendapatkan kelebihan satu derajat diatas mereka oleh sebab ia mengingatkan mereka tentang bersalam. Dan apabila mereka tidak menjawub salamnya, maka salamnya itu akan dijawab oleh orang-orang yang lebih baik dan lebih utama dari mereka.” (HR. Imam Baihaqi dari Ibnu Mas’ud)



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Jika seseorang di antara kalian berjumpa dengan saudaranya, maka hendaklah memberi salam kepadanya. Jika antara dia dan saudaranya terhalang pepohonan, dinding atau bebatuan; kemudian mereka berjumpa kembali, maka ucapkan salam kepadanya” (HR. Abu Daud).

Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ya Rasulullah, jika dua orang bertemu muka, manakah di antara keduanya yang harus terlebih dahulu memberi salam?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ”Yang lebih dekat kepada Allah (yang berhak terlebih dahulu memberi salam)” (HR. Tirmidzi).

Rasulullah bersabda, ”Seutama-utama manusia bagi Allah adalah yang mendahului salam” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Karena beberapa hadits inilah yang akhirnya menjadi tradisi dan budaya umat Islam. Namun saya pribadi mengkritisi ucapan salam ‘Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh’, jika mengucapkannya tidak berdasarkan pemahaman mendalam tentang agama yang cukup, sebab ucapan ‘Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh’ bukanlah sembarang salam dan seenaknya menjadi kebiasaan salam pada umumnya seperti ‘kulo nuwun’, atau ‘monggo’, dll. Akan tetapi ucapan ‘Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh’ mempunyai tata cara tersendiri, yaitu :

1.    Dalam kitab Lubabul Hadits Bab 18 tertulis bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Salam itu sebelum perkataan.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Barang siapa mendahulukan perkataan sebelum dia mengucap salam, maka tidak perlu dijawab.

Hadits yang hampir sama maksudnya diriwayatkan oleh Ibnu Najjar dari Umar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Memberi salam itu sebelum bertanya, maka barangsiapa yang memulai kepada kamu dengan pertanyaan-pertanyaan sebelum memberi salam, maka janganlah kamu jawab (pertanyaan itu).



2.    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Riwayat Bukhary adalah sebagai berikut:

a)         Orang yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan

b)        Orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk

c)         Rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang lebih banyak

d)        Yang kecil (muda) memberi salam kepada yang besar (tua)



3.    Tidak mengucapkan salam saat di WC (toilet) atau saat buang hajat berdasarkan hadits Riwayat Muslim.

Ibnu Umar menyebutkan “Bahwasanya ada seseorang yang lewat sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang buang air kecil dan orang itu memberi salam. Maka Nabi tidak menjawabnya.



4.    Tidak boleh memberi salam dengan ucapan Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh’ kepada orang non muslim terlebih dahulu karena ucapan ‘Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh’ sekaligus menjadi do’a memohonkan keselamatan untuk orang yang diberi salam tersebut karena arti dari salam tersebut adalah Semoga seluruh keselamatan, rahmat dan berkah  dianugerahkan Allah kepada kalian”, dan hal ini menjadi dasar mengapa tidak boleh mengucapkan salam ‘Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh’ kepada non muslim. Adapun haditsnya seperti di bawah ini :

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Janganlah kalian mengucapkan salam lebih dahulu kepada Yahudi dan Nasrani” (HR. Muslim)



Dan juga firman Allah dalam Al Qur’an Surat At-Taubah ayat 113 yang artinya “Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahim



Dari beberapa penjelasan diatas, kita akan tahu bahwasanya salam dengan ucapan Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh’ memang bukanlah sebuah budaya di Indonesia, tapi lebih cenderung mengarah kepada segi ritualitas ibadah umat muslim. Karena hal ini adalah sebuah ibadah yang begitu dianjurkan maka tidak ada larangan untuk membiasakan beribadah mengucap salamdengan ucapan ‘Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh’. Namun saya sebagai penulis khawatir dengan adanya ucapan salam ‘Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh’ akan mengesampingkan budaya salam yang telah mentradisi di Indonesia hingga kata sapaan terhadap kawannya jadi berubah seperti ‘akhi’, ‘ukhti’, dll. Maka dari itu saya mencoba memberikan solusi yaitu ketika dalam sebuah forum seperti seminar, presentasi, pidato, dan acara seremonial lainnya,  jika kita mengucap salam ‘Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh’ sebagai bentuk ibadah kita maka setelahnya kita juga mengucapkan salam dengan tradisi atau budaya daerah setempat sebagai bentuk pemartabatan bahasa, karena ada hadits tentang mencintai tanah air, dan salah satunya adalah dengan menjunjung tinggi nilai-nilai bahasa atau memartabatkan bahasa dari tanah air tersebut. Inilah beberapa dalil yang dapat kita jadikan pedoman untuk mencintai tanah air kita ini.

1.      Rasulullah Saw. bersabda: “Hubbul wathan minal iman” (Cinta tanah air itu bagian dari iman). Cinta adalah sumber dari rasa tanah air adalah sumber dari materi. Iman adalah sumber dari semua agama. Hadits di atas termaktub setidaknya di 6 kitab, yaitu:

1)    Dalil al-Falihin Syarh Riyadh ash-Shalihin jilid 1 halaman 26.

2)    Ad-Durar al-Muntasyirah hadits nomor 189.

3)    Al-Maqashid al-Hasanah hadits nomor 391.

4)    Kasyf al-Khafa hadits nomor 2011.

5)    Al-Asrar al-Marfu’ah hadits nomor 168.

6)    Tadzkirat al-Maudhu’ah jilid 2 halaman 128.



2.      Dalam QS. al-Baqarah ayat 126, Allah Swt. berfirman: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim As. berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.”



3.      Nabi Ibrahim As. berdoa agar tanah airnya: a) Menjadi negeri yang aman sentosa, b) Penduduknya dilimpahi rizki, c) Penduduknya iman kepada Allah dan hari akhir.



Dalam ayat yang lain yang serupa dengan ayat di atas ada di QS. Ibrahim ayat 35: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim As. berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman. Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.



Ini menunjukkan Nabi Ibrahim As. adalah seseorang yang begitu mendalam mencintai tanah airnya. Kemudian di dalam QS. an-Nahl ayat 123 kita diperintah mengikuti millah (jejak) NabiI brahim As. : “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad Saw.): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif. ”Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.



4.      Nabi pernah berdo’a ketika di Madinah : “Ya Allah jadikan kami mencintai Madinah seperti cinta kami pada Makkah, atau melebihi cinta pada Makkah.” (HR. Bukhari)



5.      Di dalam kitab Al Muqtathofat li Ahlil Bidayat yang dikutip oleh al-Hafidz al Haitsami dalam Bughyat al-Harits 1/460, demi Allah, sesungguhnya engkau (Kota Makkah) adalah tanah yang paling aku cintai. Andai aku tidak diusir maka aku tidak akan meninggalkanmu.



Oleh karena itu, kita harus mewujudkan persatuan dan kesatuan, meskipun berbeda jenis, golongan, suku, dan agama. Salah satunya dengan cara menjaga tradisi, kebiasaan, budaya baik yang telah ada, dan mengadopsi budaya baru yang lebih baik, yaitu yang saya maksudkan pada tulisan saya kali ini adalah dalam rangka pemartabatan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu.





DAFTAR RUJUKAN



Ahmad, Assayyid. 1996. Tarjamah Mukhtarul Ahadits. Bandung. PT. Alma’arif

Al Qur’anul Karim

Muslimedianews.com

Muslim, Abi Husain. 1998. Mukhtashor Shohih Muslim. Beirut. Dar al-Kotob al-Ilmiyah

Mustamar, Marzuqi. 2014. Dalil-dalil Praktis Amaliyah Nahdliyah. Surabaya. Muara Progresif.

Mustamar, Marzuqi. 2008. Al Muqtathofat li Ahlil Bidayat. Malang. PP. Sabilurrosyad

Suyuthi, Jalaluddin. Lubabul Hadits. Surabaya. Al-Hidayah.

Minggu, 23 November 2014

Terbungkam Lagi


Demokrasi telah mati
Suara rakyat semakin sekarat
Yang hidup hanyalah kebohongan abadi
Berparas kemunafikan tak bersyarat

          Terbungkam……
          Seperti suara di dalam sekam
          Hilang dalam gelapnya malam
Menyisakan luka yang terlalu dalam

Luka rakyat yang tak boleh bersuara
Celoteh setan di anggap penuh makna
Pembungkaman yang jumawa
Sangkaan kebanyakan para ORMAWA
Yang suka meneriakkan HIDUP MAHASISWA

Entahlah itu yang dimaksud benar-benar hidup mahasiswa atau hidup golongan kita